Seperti biasa, hari itu sekitar pukul 6 pagi jam wekerku telah berbunyi
dan hari itu aku telah kesiangan karena salah mengeset jam weker kupu-kupu
berwarna pink milikku yang harusnya kuSet jam 5 pagi keliru menjadi jam 6 pagi.
Aku pun segera melesat cepat dengan terburu-buru ke kamar mandi. Sekitar pukul
6.15 pagi, aku telah siap meluncur pergi berangkat sekolah dan
sebelumnya telah kusempatkan untuk membuka handphone nokiaku sebentar, dan
ternyata telah ada beberapa pesan yang salah satunya kubuka dari seseorang yang
dikontakku kusimpan dengan nama ‘Kakakku sayang’ yang isinya
‘Dek kakak tunggu kamu
di taman waktu istirahat ya, kakak tunggu hlo sayang, jangan lupa.’
Dan aku me‘reply’nya
‘iya kakak’
Seseorang yang
mengirimiku pesan itu bukan kakakku, dia teman sesekolahku dan tetangga kelas
sebelah. “hlo tapi kok manggilnya kakak sih ? atau mungkin pacar kamu ya ? Kok
panggilnya sayang” Mungkin itu ya pertanyaan kamu
semua, jangan salah dia bukan kakakku dan dia bukan pacar aku, ya kalau boleh
dibilang sih, aku sama dia seperti HTS.an alias hubungan tanpa status, sudah
kutunggu dia berbulan-bulan sejak kami berdua dekat, tapi dia tak kunjung
menyatakan cinta juga , ya mungkin dia tau kalau aku sendiri masih belum boleh
pacaran sih sama orang tuaku, alasannya sih klise, karena aku masih belum cukup
umur, aku masih belum waktunya lah, aku masih belum dewasa lah, ya mungkin bagi
anak-anak seusiaku sekarang udah pernah ngerasain yag namanya pacaran, tapi aku
belum pernah sama sekali, ya cukup miris sih, tapi ya itu jalanku.
Aku pun segera keluar dari kamarku dan pamit ke orang tuaku untuk berangkat
sekolah.
“Ma, Pa Dina berangkat sekolah dulu ya,” pamitku pada mamaku
“Hlo kok gak sarapan nak ? Sarapan dulu gih” Mama menasihatiku.
“enggak deh ma, aku keburu telat nih.” Jawabku sambil salim ke kedua orang
tuaku.
“Selalu begini tiap hari kamu itu nak, nak, gimana mau berisi, kalau tiap hari
gak pernah sarapan gini,” kata mamaku yang agak bosen dengan tingkahku yang
selalu tidak menyempatkan sarapan,
Iya sih memang badanku memang kurus , tapi jangan salah tinggiku semampai hlo,
165 cm kira-kira waktu kuukur bulan kemarin.
Segera kunyalakan motor matic biruku dan kulaju dengan kecepatan yang tinggi
sekitar 60 km/jam, aku gak mau sampai aku terlambat , jam pertama ini adalah
pelajaran Bapak Bondan, Guru Bahasa Indonesia yang terkenal kejam dan killer.
Kalau sampai terlambat bisa mati aku, kena hukuman bersihin WC lagi deh,
aku sih udah pernah kena hukuman itu, dan kapok deh, cukup kali itu aja, gak
mau lagi aku, udah kapok. Tak terasa 15 menit berlalu, dan aku udah nyampe
depan gerbang sekolah, hmm... syukur deh ternyata aku belum terlambat ketika
aku sampai di sekolah. Tapi Bapak Kepala Sekolah telah menyuruhku cepat berlari
karena 5 menit lagi akan bel, sampai depan kelas dan disana telah mennggu
teman-temanku, dan kusapa mereka.
“Hai Guys” Sapaku pada teman-teman
“Loe tuh din, telat aja kerjaan loe, kapan sih loe dateng pagian dikit gitu,”
Protes Zeze
“Iyah, iya zeze cantik, gue dateng pagian kok besok”, Jawabku.
“ya, semoga aja loe berubah,” Kata Rimbi menambahkan.
“iya, sahabat-sahabatku tersayang,” kataku
Tettt...Tetttt....Tetttt.... Ternyata bel telah berbunyi dan memutus
pembicaraan kami. Hari ini pelajaran , pelajaran Bahasa Indonesia yang
menyenangkan, sehingga tak terasa bel istirahat telah berbunyi, dan murid
IPA-D berebut keluar kelas untuk segera pergi ke kantin,
Aku dengan sahabat-sahabatku sih memilih nunggu sepi sampai mereka selesai
keluar semua. Dan kami pun berhasil keluar meskipun sedikit lama banget kami
menunggu.
Ternyata Arya “Kakakku” sudah menungguku diluar kelas.
“Dek, kakak disini.” Sapa “Kakakku” sambil melambaikan tangan padaku.
Aku pun segera menghampirinya.
“Kak, kakak udah menunggu lama di luar kah ? maafin dedek ya, dedek tadi
keluarnya lama banget soalnya.” Aku meminta maaf pada kakakku itu.
“Iya, gak papa kok sayang, sayang kakak mau ngomong sesuatu sama kamu.” Kakakku
menjawab
“Iya, ngomong aja kak,”
“Dek, kakak mau pindah ke Singapore, kakak mau belajar disana”. Arya
menjelaskan maksudnya.
“Kakak bercanda ya, jangan bercanda dong,” Jawabku.
“Enggak dek, kakak gak bercanda, kakak serius,” Jawabnya dengan raut muka
serius.
“Kakak jahat,” Jawabku dengan mukaku yang memerah, hampir menangis dan aku pun
meninggalkannya tanpa sepatah kata pun.
“dek, maafin kakak,” Raut maafnya sambil mengejarku dan aku pun gak menjawab
sepatah katapun.
Aku benar-benar terluka ketika dia bilang begitu kepadaku, dia akan pergi
disaat kumulai menyukainya, disaat kumulai mencintainya dan disaat kumulai
menyayanginya.
Pada saat istirahat, dimana hatiku sedang kalut dan tidak karuan, tiba-tiba
Arya ingin menemuiku. Aku pun pergi menghindarinya. Dan Arya terus mengerjarku
dan akhirnya aku tertangkap.
“Dek, kakak minta maaf atas yang tadi, kakak gak tau kalau misalnya jadinya
akan begini, kakak gak akan pergi kok, kakak akan tetep disini temenin dedek,
kakak akan ada disamping adekku sayang ini,” Katanya sambil memelukku dan ia
mengeluarkan setangkai bunga mawar putih, bunga kesukaanku, dari belakang.
“Sebagai tanda maaf kakak, kakak mau kamu terima bunga ini,” Katanya sambil
menyerahkan bunga indah ini padaku.
“Kakak, maafin aku ya kak, aku gak bermaksud bikin kakak sedih, aku juga gak
mau bikin kakak bingung, aku cuma sedikit shok aja, tapi aku dukung kok
niatan kakak untuk belajar ke Singapore,” Tambahku sambil memegang erat
tangannya.
“Enggak jadi dek, kakak udah mutusin kalau kakak akan tetep nglanjutin sekolah
disini, disamping kamu dek, ya mungkin kakak pindah ke Singaporenya waktu
kuliah,” Jawabnya sambil memelukku lebih erat.
Dan tiba-tiba dari hidungnya mengalir darah segar, sepertinya dia tidak enak
badan .
“Kakak, di hidung kakak keluar darah , kakak kenapa ? kakak gak enak badan ya
?” Kataku sambil mengusap darah yang keluar dengan sapu tangan berwarna pink
yang kubawa dari rumah.
“Kakak gak papa sayang, mungkin hanya kecapekan aja kok,” Jawabnya sambil
memegang tanganku dan meraih sapu tangan yang ada di hidungnya dari tanganku.
“Makasih ya dek , kamu cantik banget hari ini , kakak sayang kamu, maafin kakak
, kalau pada akhirnya nanti kakak gak bisa jaga kamu,” Katanya sambil mencium
keningku. Dan memelukku erat
Tettt... Tettt...Tettt, bel pun berbunyi dan diapun melepaskan pelukannya
dariku. Dan aku pun kembali ke kelasku dan dia kembali kekelasnya.
****
Aku sangat
kecewa, sangat kecewa padanya, ternyata dibelakangku dia telah memiliki seorang
kekasih baru yakni Dwina, siswa yang sekelas dengannya,kukira dia memang serius
kepadaku, tapi ternyata dia hanya PHP. Yang aku kira Dwina itu sahabat
terbaik Arya, ternyata slogan ‘Sahabat Jadi Cinta’ itu memang benar-benar
nyata, sebenarnya aku kecewa, tapi aku siapa Arya, aku juga gak berhak marah
sama Arya, aku cuma adek jadi-jadiannya seorang Arya, dan inilah resiko
HTS yang harus kujalani.
Setelah
berminggu-minggu aku tak bertegur sapa kepada Arya, aku dicegat oleh seorang
Arya, ternyata ia meminta izin dan meminta maaf padaku karena ia telah memiliki
kekasih baru, aku pun juga tak mengerti mengapa ia harus meminta izin padaku
karena ia mempunyai belahan jiwa lainnya.
“Dek,”
Sapa Arya padaku dan aku hanya tersenyum melihatnya dan segera pergi, tetapi
sayang, tanganku dipegangnya dengan erat sehingga aku tidak bisa kemana-mana
“Udahlah
kak, lepasin ngapain sih pegang-pegang tanganku, aku gak mau kalau sampai Dwina
liat, nanti Dwina malah salah paham padaku, ayolah kak lepasin tangan kakak,”
Aku memohon, tapi tak direspon oleh kakakku itu. Tapi anehnya disitu, Dwina
melihat tanganku dipegang oleh kakakku itu tetapi ia tak merespon, malah
terkesan cuek dan seperti tak ada hubungan spesial antara ia dan kakakku itu,
tapi mungkin juga Dwina tau kalau aku dan kakakku itu tak hanya sebatas kakak
adek saja.
“Gak,
kakak gak akan lepasin genggaman ini sebelum kamu dengerin kakak,” Jawabnya
dengan tak melepaskan genggamannya.
“iya,
iya, aku akan dengerin, tapi kakak lepasin dong tangan kakak ini,” Kataku
kepadanya sedikit membentaknya. Dan diapun akhirnya melepaskan genggamannya.
“Dek,
kamu berubah ya, dedek juga tumben banget bentak kakak kayak tadi,
kakak gak tau kamu kenapa dek, tapi kakak mohon kamu jangan kayak gitu lagi
dong, kakak merasa kehilangan adek kakak yang pengertian,” Kelakar Arya dengan
serius.
“Oh,
gitu ya sekarang, kakak nyalahin aku terus, Mau kakak apaan sih sekarang, kakak
mau deket dengan aku terus tapi kakak sendiri daridulu tidak pernah menyatakan
cinta padaku, sekarangpun kakak udah punya Dwina, maunya apa, trus aku gak
boleh bentak kakak, tapi kakak itu bener-bener udah sangat keterlaluan banget,
di depan Dwina, kakak pegang tangan aku, kakak anggep aku apaan sih sebenernya
? Ayo jawab, kakak anggep aku adeknya kakak atau kakak itu anggep aku fans
konyol kakak yang selalu kejar-kejar kakak, yang selalu kakak bikin sakit hati,
asal kakak tau ya, aku juga punya hati kak, dan hatiku bukan terbuat dari besi
yang gak akan rapuh,”Jelasku dengan sedikit meledak-ledak pada Arya.
“Kamu
kenapa dek, pliss jawab ke kakak, kakak gak pernah kepengen nyakitin hati kamu,
tapi kalau kamu merasa kakak nyakitin hati kamu, kakak minta maaf dek, tapi
kakak mohon kamu tetep ada di deket kakak, kakak juga punya alasan kenapa kakak
tidak menyatakan cinta padamu ,” Jawab Arya sambil melihatku dengan serius.
“Alasan
apa , buat apa juga aku ada di deket kakak kalau aku terus dibuat sakit hati
kayak begini, asal kakak tau aku udah cukup sakit atas semua ini, udah deh,
kakak udah punyaDwina, jadi jauhin aku, gak usah hubungi aku lagi, karena kakak
juga udah gak peduli lagi sama aku,” Kataku seraya meninggalkannya sendirian.
****
Keesokan harinya,
bukannya malah dia meminta maaf padaku, Arya malah membuat berita palsu
tentangku yang membuatku makin naik pitam karena berita itu, Arya mengatakan
kepada mereka bahwa aku yang mengejar-ngejar Arya. Aku makin benci padanya dan
akupun tidak pernah lagi menyapanya setelah itu. Aku begitu benci, benci, benci
padanya. Dan ketika aku pergi ke kantin bersama teman-temanku, aku sendiri tau
dari Nistya, temen sekelas Dwina yang juga dekat denganku.
“Din,kata
Arya kamu yang kejar-kejar Arya ya, masak sih, aku masih ndak percaya,” Kata
Nistya yang saat itu bertemu denganku saat di kantin
“Ihh,
kata siapa aku ngejar-ngejar Arya, aku gak pernah nembak Arya, aku juga ndak
pernah deketin cowok siapapun kecuali dia yang deketin aku,” Jelasku dengan
meledak-ledak.
“Iya
iya, tapi jangan marahnya ke aku gitu donk, aku kand Cuma nyampein informasi
aja,” Protes Nistya
“Iya,
ya nis, aku Cuma kaget aja denger berita murahan kayak gitu, maaf ya,” Kataku
pada Nistya.
“Iya
Din, gue ngerti kok,” Katanya.
****
Keesokan
harinya, kutengok ke kelas sebelah ternyata Arya tak ada dikelasnya, tapi untuk
apa aku harus tahu keadaan seseorang yang telah menyakitiku. Aku mencoba
meghilangkan bayangnya dari pikiranku, tapi betapa sulitnya aku mencoba, aku
tetap tidak bisa menghilangkan bayangnya dalam pikiranku. Dan pada malam itu
aku pergi ke teras, untuk melihat bintang yang gemerlapan indah pada malam itu.
“Indah
banget bintang malam ini,” Kataku sambil tiduran di tempat duduk di taman
loteng rumahku,”
“Bintang,
kuingat saat pertama kali aku melihatmu dengan Arya dulu , dan pada saat dia
lihat bintang jatuh kudengar permohonannya adalah supaya dia tidak kehilangan
cintaku, bintang akankah prmohonan itu terwujud , bintang sampaikan
padanya aku menyayanginya , mencintainya bintang , dan aku ingin bintang
sampaikan padanya kalau aku ingin kembali seperti dulu lagi , bintang tolong
sampaikan rinduku padanya, aku merindukannya Bintang,” Kataku yang
sedikit gila, gila karena merindukan Arya yang biasanya ada disampingku.
Dan
handphone ku pun berdering, tanda ada telepon yang masuk dan kulihat ternyata
ada nomor tak dikenal, dan kuangkat.
“Ini
Dina ya ?” Sapa nomor tak kukenal itu.
“Iya,
ini siapa ya ?” Jawabku
“Din,
tolong din, Arya sedang kritis di ruang ICU rumah sakit Bhakti, tolong kamu
kesini sekarang, pliss dia butuh kamu din, dia terus panggil-panggil nama kamu
din,” Katanya
“Ini
siapa ya ?” Jawabku
“Gue
Dwina din, tolong dia din, dia butuh loe disisinya,” Katanya
“iya,iya
aku akan segera kesana,”
****
Tess...tesss... tesss,
tak terasa air mataku mulai tumpah dan segera kuberlari berangkat menuju rumah
sakit Bhakti, berlari dan berteriak,
“Kakak,
tolong bertahan kak, aku merindukanmu kak, kakak pliss, aku ikhlas kakak sama
Dwina, tapi asalkan kakak sembuh,” Air mataku tak bisa berhenti mengalir.
Akupun
sampai di lobi rumah sakit, dan aku segera mencari ruangan Arya, dan kudapati
ruangannya berada di ICU, disana kulihat dari jendela, kepalanya yang botak dan
disekelilingnya ada alat bantu pernafasan yang dipasang ditubuhnya. Seketika
tubuhku lunglai tak berdaya dan akupun terjatuh dan tiba-tiba ada seorang yang
menolongku, dan kulihat ke belakang untuk melihat orang itu, ternyata Dwina.
“Ya
begitulah keadaannya din, sejak kemarin di terus memanggil namamu.” Kata Dwina.
“Dia
kenapa win, dia kenapa, kenapa kamu tak pernah cerita dan mengatakan ini
padaku, dia juga udah bikin aku marah dengan menyebarkan berita palsu tentang
aku, aku yang ngejar-ngejar dia,” Kataku pada Dwina sambil terus menangis.
“Bukan
maksudku Din, tapi Arya yang meminta, dia tak ingin melihatmu menangis dan
bersedih karenanya, dia juga sampai membatalkan pengobatannya ke Singapor e
karena gak mau ngeliat loe nangis kayak gini, dia juga berpura-pura jadian sama
gue karena dia gak pengen ngeliat loe nangis kayak gini, waktu semua ini
terjadi, dan dia juga sampai pengen membuatmu membencinya dengan bekerja sama
dengan gue, Nistya, dan teman-teman sekelas gue yang tau kalau Arya sakit
parah, yaitu membuat berita palsu itu, itu supaya kamu tidak menangis
dan bersedih karena dia, dan tepat ketika loe marah-marah karena berita bohong
itu , tiba-tiba penyakit Arya ini langsung kambuh , sebenernya sih gue gak
boleh cerita dan bilang ke loe tentang keadaan Arya saat ini , tapi gue gak
tega liat sahabat terbaik gue terkapar tak berdaya sambil manggil-manggil nama
loe , akhirnya mau gak mau gue harus cerita yang sebenernya ke loe,” Jelas
Dwina
“Dia
sakit apa win,”
“Selama
ini dia punya penyakit Kanker Paru-paru, tapi dia tidak bercerita pada siapapun
termasuk loe, karena dia gak mau liat loe nangis dan sedih karena dia,” Jelas
Dwina sambil membekapku yang sedang menangis hebat.
“Jadi
selama ini dia masih sama seperti dulu, aku tlah salah mengiranya berubah,”
Jawabku sambil ku berlari menuju kamar inap Arya.
“Arya... Kakakku,”
Teriakku.
Di
dalam kamar Arya aku berusaha tegar, aku berusaha menghilangkan lapisan kristal
yang masih ada di pipiku, aku berusaha tersenyum meskipun aku tak kuat menahan
lapisan kristal ini, dan beberapa tetes kristal ini menetes karena tak kuat
kutahan.
“Kakak,
ini dedek kak, kakak bangun donk, kakak, dedek selalu kesepian kalau gak ada
kakak, kakak yang selalu mewarnai hidupku kak, kakak juga yang selalu
mengenalkanku pada sebuah rasa, rasa yang membuatku selalu bahagia, dan rasa
yang membuat aku menangis saat ini kak, CINTA, kakak mengenalkanku pada rasa
CINTA, meskipun kita gak ada hubungan apa-apa, tapi rasa itu tetap tumbuh kak,
meskipun kakak udah berusaha untuk membuatku membenci kakak, tapi hati kecilku
tak akan pernah membenci kakak, kakakku tercinta,” Kataku sambil menyandarkan
kepalaku pada kasur yang sedikit tersisa di tempat tidurnya dan tanganku yang
memegang tangannya erat hingga akupun kecapekan dan tertidur di sampingnya.
Tiba-tiba
aku terbangun karena kurasakan gerakan pada ruang kosong jemariku
yang telah terisi oleh jemari Arya.
“Dek,
dedek disini kan,” Kata Arya sambil tersendat sambil melihatku
“Iya
kak, dedek disini,” Jawabku sambil memegang tangannya.
“Dek,
kakak minta maaf ya kalau kakak punya salah sama dek, kakak cinta kamu, kakak
sayang kamu dek,” Katanya
“Iya
kak, aku juga sayang kakak, aku juga cinta kakak,” Kataku pada Arya dengan
kuberikan senyum terindahku.
“Dek,
dedek mau gak jadi pendamping hati kakak, maaf baru kali ini kakak
bisa menyatakan perasaan kakak padmu ,”
Aku
mengangguk tanda setuju, dan inilah yang selama ini kutunggu-tunggu , yakni
pernyataan cinta darinya.
“Iya
kak, aku mau, mau jadi pendamping hati kakak selamanya, tapi kakak harus sembuh
ya ,” Jawabku sambil memeluknya.
“Dek,
maaf kakak mau pergi ya, dedek baik-baik di sini ya,
karena kakak pacar pertama dedek, kakak minta maaf karena kakak
belum bisa bahagiain dedek lebih dari ini, kakak titip cinta kakak ya sayang,
jaga baik-baik ya, kakak juga sudah rindu banget sama Tuhan,kakak juga minta
tolong jaga orang tua kakak juga ya,” Kata Arya
“Enggak
kakak, kakak gak boleh pergi, aku masih pengen bahagia sama kakak, kakak pliss
jangan pergi kak,” Jawabku yang menangis untuk kesekian kalinya.
“Jaga
diri kamu baik-baik ya dek, kakak pamit,
Assalamualaikum, Ashaduallailahaillalah,” Kata terakhir Arya sebelum
ia tertidur untuk selama-lamanya.
“Kakak,
kakak bangun kak, kakak jangan tinggalin aku kak, kakak, kakak, kakak, kakak,
kakak,” Tangisku meraung-raung dan orangtua Arya pun memelukku dan memberiku
sebuah surat terakhir dari Arya.
Surat terakhir Arya
Senyummu adalah hidupku
Bahagiamu adalah
nyawaku
Semangatmu, semangatku
juga
Mati untukmu adalah
kebahagiaan,
Hidup tanpa senyummu
adalah siksaan
Mencintaimu
adalah anugerah bagiku
Menyayangimu
adalah kejaiban untukku
Bersamamu
adalah hal terindah dalam hidupku
Terima
kasih telah memberikan cahaya dalam kehidupanku
From:
Kakak
For
: Dedek
For
: Dedek
Diapun
tertidur pulas untuk selama-lamanya dan aku tetap disana menangis dan memeluk
raganya yang telah kehilangan nyawanya. Dihari terakhir itu aku mengenakan
pakaian hitam kelabu untuk mengenangnya dan menyambutnya untuk kembali ke dunia
dimana ia dilahirkan. Di tempat yang menjadi rumah barunya yang berhiaskan
bunga kamboja itu, Aku tak mau terlihat menangis , aku ingin mengenangnya
dengan senyumanku meski hatiku tak kuasa menahan tangis kesedihan. Di sebelah
pohon Kamboja, aku melihat bayangannya begitu tampan mengenakan pakaian jas
putih bersinar, dan kudengar dia berkata, “Kakak menyayangimu dan kakak
mencintaimu sayang, Tuhan menjadi saksi bahwa aku selalu di hatimu dan bintang
jadi bukti kesejatian cinta kakak padamu sayang, sampai jumpa di keabadian
nanti sayang,” dan dalam hatiku aku menjawab bisikan itu , “Aku juga sangat
mencintai dan menyayangimu kak , kakak baik-baik disana ya , aku mencintaimu ,
I Love You, dan tunggu aku di keabadian kelak, aku kan
menyusulmu,” . Tetapi itu hanya bayangan dan ilusiku, dan ketika
kusadar, dia telah pergi dari hidupku, selamanya.
Tetapi
dalam hatiku, tetap tersimpan namanya dalam sebuah bingkai kecil dalam hatiku,
dan hatiku tetap berkata, “I Love You Kakak, I will Love you forever.” Kakak
akan selalu terkenang dalam hidupku dan kakak akan selalu mengisi ruang hatiku
selamanya